“Lihatlah gadis di bawah sana, sudah lima tahun ia menunggu kekasihnya.”
Matahari menunjuk seorang gadis di sebuah taman.
”Setia sekali gadis itu, ia rela duduk mematung setiap sore di bawah pohon itu hanya untuk menunggu pelangi.” Awan kasihan kepada sang gadis.
”Memang, ada apa dengan pelangi ? Bukankah ia sedang menanti kekasihnya ?
Kenapa ia menunggu aku datang ?” Tanya pelangi penasaran.
”Si gadis dan kekasihnya berjanji, jika sore ini ia melihat pelangi dan kekasihnya datang menemuinya, mereka akan menikah.” Jelas Matahari.
”Jadi, lima tahun yang lalu mereka berjanji akan bertemu disana ? Awan ikut penasaran.
”Tepatnya musim hujan lima tahun yang lalu, mereka akan bertemu saat musim hujan lima tahun kemudian dan keduanya berjanji akan menikah jika melihat pelangi ketika mereka bertemu lagi”. Matahari semakin bersemangat menceritakan kisah mereka.
”Berarti, hanya sore ini ia menungguku ? Pelangi bertanya.
”Mungkin ? Setiap sore ia menyempatkan waktu untuk duduk di taman, ia berpikir ”mungkin, kekasihnya akan datang lebih cepat, tapi....” Ucap Matahari.
”Tapi apa ?” Sela Hujan.
”Sampai saat ini ia belum juga datang ?” Raut wajah metahari prihatin.
******
Dua jam berlalu,
Akhirnya laki – laki yang mereka bicarakan datang, ia menepati janjinya...
Semua bahagia, Matahari, Pelangi, Hujan, Awan, mereka tersenyum bahagia...
”Cepat, biaskanlah cahayaku !” Perintah Matahari kepada Hujan.
”Jangan mendung dahulu ??” Hujan khawatir awan akan mendung.
”Tidak, jangan khawatir.” Awan mencoba meyakinkan hujan.
Mereka berbincang – bincang, si gadis tak henti – henti memandang ke atas, berharap pelangi akan muncul sore ini.
Menjelang pembiasan cahaya, sedikit lagi…tiba – tiba…
“Whuuuuusssss.” Hembusan – hembusan angin menggagalkan kedatangan
pelangi, langit berubah menjadi mendung.
Semua bersedih, gadis itu menangis…
“Aku sudah datang, mengapa kamu menangis ??” Tanya lelaki itu sembari mengusap air mata si gadis.
Rupanya, lelaki itu lupa akan janji mereka beberapa tahun yang lalu dan si gadispun mengingatkannya, ia menjelaskan, mengapa ia menangis.
”Jangan menangis, jika kamu menangis, hatiku ikut menangis. Meski sore ini tak ada pelangi di atas sana. Di sini, aku melihat pelangi itu ?? Hibur si lelaki.
”Dimana ??” Si gadis penasaran, isakannya masih terdengar.
”Aku melihat pelangi itu terpancar di kedua bola matamu, di setiap tetesan hujan, bahkan aku juga melihatnya di setiap tetesan air matamu.”
”Benarkah ???” Si gadis tersenyum.
Lelaki itu menganggukkan kepala dan membalas senyum si gadis....
Mereka saling berpandangan...
To be continue...... (hehehehee...)
By : Frima Dhani Syah Putra Nainggolan
_____________________________________________________________
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.