Pemuda itu berdiri di tepian, memandang riak air yang seperti menari menuruti irama dalam hatinya. Ada kesejukan yang menawan, bukan sekedar karena dia berlindung dari terik mentari di bawah rindang pepohonan, bukan pula karena tiupan angin yang dengan lembut menerpa wajah dan tubuhnya. Tapi kesejukan itu bersumber dari hatinya yang tenang, hati yang senantiasa berbaik sangka pada Tuhan, atas kehidupan yang dia jalani di muka bumi ini.
Dilihatnya seorang lelaki setengah baya yang sedang memancing tak jauh dari tempatnya berdiri. Meski sedari tadi tak didapati ikan yang tertipu akan umpan di kail pancingnya, dia tetap duduk tenang. Ah, betapa sabarnya lelaki itu. Yang tetap berikhtiar dengan terus memasang umpan yang lagi-lagi hilang.
Disandarkanya pundak ke pohon tegap, lalu dibukalah SMS yang baru saja menghampiri inbox ponsel sederhanannya. Senyum pun mengembang dari bibirnya ketika membaca isi SMS yang selalu saja nyaris sama, ungkapan perhatian dari gadis terhadap seorang jejaka.
Diraba hatinya dengan rasa, namun masih saja seperti sedia kala. Tautan itu masih belum terwujud jua, sementara waktu terus melaju, dan pertanyaan akan hal yang sama pun semakin menumpuk di bahu. Diliriknya lelaki yang mancing tadi yang mengucap syukur memecah sunyi, ada ikan besar di ujung pancingnya, dan dia teramat bahagia. Dan sang pemuda pun bergumam, “ya. itulah buah kesabaran, dan aku percaya Pada-Mu, kau pun kan mempertemukanku dengan sosok indah itu.”
Sang pemuda membuka kemasan roti, lalu dilemparkannya roti itu ke danau. Sepertinya ikan-ikan bahagia, dan itulah rejeki yang mereka terima dan rejeki memang kadang datang tanpa diduga, seperti halnya cinta.
By :Frima Nainggolan
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.