Dunia mahasiswa mewakili kehidupan yang nyata

 
Ketika seseorang sudah berada dalam sebuah frame berpikir yang pada akhirnya menciptakan sebuah mainset untuk pada akhirnya melahirkan sebuah visi di otaknya. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan apa yang menjadi muara keberhasilan dari jalur-jalur pemikirannya dalam usaha-usaha sehariannya.

Tak perlu melihat terlalu jauh untuk menemukan bukti nyata dari apa yang dijabarkan di atas. Lingkup mahasiswa, yang merupakan kumpulan dari orang-orang terdidik yang heterogen, sudah cukup untuk merepresentasikan masing-masing karakter manusia pada umumnya. Begitu juga dalam urusannya dengan kepemimpinan. Jika dalam kehidupan nyata kita menemukan Direktur, camat, Bupati, bahkan sampai Presiden. Maka di lingkungan kampus kita akan menemukan orang-orang yang aktif dalam kegiatan mahasiswa melalui media organisasi. Di kampus sendiri, organisasi yang mewadahi kegiatan mahasiswa sangatlah banyak. Di sanalah mahasiswa yang memiliki satu paradigma dalam kaitannya dengan kepemimpinan berkumpul. Kebanyakan dari mereka memiliki pola pikir yang sama tentang kepemimpinan, terutama mereka yang telah lama berkutat di sana dan menjadi tulang punggung organisasi tersebut, terutama mereka yang menjadi fungsionaris.

Keunikan lainnya adalah mereka seringkali memrealisasikan kepemimpinan itu melalui jalur politik di kampus. Sudah bukan rahasia kalau perebutan posisi Panitia Pembekalan Mahasiswa Baru (PMB), Gubernur Fakultas, Presiden kampus benar-benar merupakan miniatur dari pemilihan seorang pemimpin di NKRI. Nuansa politis begitu kental dalam proses untuk menentukan Pemimpin mahasiswa nomor satu di fakultas maupun di universitas sepenuhnya. Tetapi Nuansa politik di kampus sangatlah murni dibandingkan politik di NKRI saat ini.

Dunia mahasiswa memang sanggup mewakili kehidupan yang nyata. Dan itulah yang menjadi keunikan dari dunia yang menyenangkan sekaligus menentukan dalam hidup kita selanjutnya.