Sembilan dari sepuluh kemungkinan, sebuah argumen akan berakhir dengan masing-masing konstestan malah menjadi lebih kokoh dalam pendapat mereka bahwa merekalah yang mutlak benar.
Anda tidak bisa menang dalam sebuah debat. Anda tidak bisa, karena kalau Anda kalah, Anda akan kalah; dan kalau Anda menang, Anda kalah juga. Mengapa? Nah, misalkan Anda menang atas pihak lawan dan mampu menembak argumennya sehingga penuh lubang, lalu membuktikan bahwa dia non compos mentis. Lalu bagaimana? Ya, Anda akan merasa senang. Tapi bagaimana dengan Dia? Anda telah membuatnya merasa rendah diri. Anda telah melukai harga dirinya. Dia akan membenci kemenangan Anda. Dan-
Seseorang yang diyakinkan untuk
menentang kehendaknya sendiri akan
tetap memegang pendapatnya sendiri
Dalam sebuah artikel dalam Bits and Pieces, beberapa saran telah diberikan mengenal bagaimana mencegah rasa tidak setuju agar tidak menimbulkan perdebatan.
Sambut baik rasa tidak setuju itu. Ingatlah slogan, “Apabila dua mitra selalu setuju, salah satu dari mereka tidak perlu. “Kalau ada beberapa hal yang belum Anda pikirkan, bersyukurlah kalau itu diberikan pada Anda. Mungkin ketidaksetujuan ini merupakan kesempatan Anda untuk dikoreksi, sebelum Anda membuat kesalahan serius.
Jangan percaya pada kesan pertama naluri anda. Reaksi alami kita yang pertama dalam sebuah situasi yang tidak mengenakkan adalah menjadi defenisif. Hati-hati. Tenanglah dan perhatikan reaksi pertama Anda. Mungkin itu merupakan bagian Anda yang terburuk, bukan Anda yang terbaik.
Kendalikan kemarahan anda. Ingat, Anda bisa mengukur besarnya seseorang melalui hal-hal yang membuatnya marah.
Dengarkan dulu. Beri kesempatan, lawan Anda untuk berbicara. Biarkan mereka selesai berbicara. Jangan menolak, mempertahankan diri atau berdebat. Semua ini hanya akan mempertinggi tembok penghalang. Berusahalah membangun jembatan pengertian. Jangan membangun penghalang yang lebih tinggi dari kesalahpahaman.
Cari bidang-bidang kesepakatan. Kalau Anda sudah mendengar perkataan lawan Anda, pikirkan dulu pokok-pokok atau bidang-bidang yang Anda setujui.
Jujurlah. Cari wilayah-wilayah di mana Anda bisa menerima kesalahan, dan sampaikan hal itu. Minta maaf atas kesalahan Anda. Hal ini akan membantu melucuti senjata lawan dan mengurangi sikap defensifnya.
Berjanjilah untuk memikirkan ide-ide lawan Anda dan pelajari ide-ide itu dengan seksama. Dan lakukanlah sungguh-sungguh. Lawan Anda mungkin benar. Jauh lebih mudah pada tahap ini untuk memikirkan pandangan-pandangan mereka dibandingkan Anda maju dengan cepat dan mendapatkan diri Anda dalam posisi dimana lawan Anda bisa berkata: “Kami sudah berusaha menyampaikan pada Anda, tapi Anda tidak mau mendengarkan”
Berterimakasihlah dengan lawan Anda dengan tulus untuk minat-minat mereka. Siapa pun yang mau meluangkan waktu untuk menyatakan tidak setuju dengan Anda berarti dia berminat dalam hal yang sama seperti Anda. Pikiran mereka sebagai orang-orang yang benar-benar ingin menolong Anda, dan Anda mungkin bisa menjadikan lawan Anda sebagai kawan.
Jangan terburu-buru bertindak, beri waktu kepada kedua pihak untuk memikirkan masalahnya.Sarankan pertemuan berikutnya diadakan selanjutnya hari itu atau besoknya, ketika semua fakta mungkin bisa dibawa. Dalam mempersiapkan pertemuan ini, ajukan beberapa pertanyaan sulit berikut kepada diri sendiri:
Mungkinkah lawan saya benar? Sebagian Benar Adakah kebenaran dalam posisi atau argumentasi mereka? Apakah reaksi saya yang akan menyelesaikah masalahnya, atau apakah itu hanya menghasilkan frustasi? Apakah reaksi saya akan membuat lawan saya semakin menjauh, atau bisa menarik mereka lebih dekat dengan saya? Apakah reaksi saya akan mempercepat perkiraan bahwa saya seseorang yang baik? Apakah saya akan menang atau kalah? kalau saya berdiam diri saja dalam masalah ini, apakah rasa tidak setuju itu akan meledak? Apakah situasi sulit ini merupakan kesempatan bagi saya?
Referensi: Dale Carnegie: how to win friends and influence people
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.