Frima Nainggolan Web Blog. Powered by Blogger.

Friday, 24 February 2012

TIGALINGGA

Sejarah
Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan yang oleh penguasa Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini meliputi lima kenegrian yakni Tigalingga, Tanah Pinem, Pegagan Hilir, Juhar Kidupen Manik, dan Lau Juhar. Dinamai Karo Kampung karena kulturnya memang Karo dan kawasan ini merupakan wilayah Karo yang masuk wilayah Dairi akibat demarkasi oleh Belanda.
Kecamatan Tigalingga dahulunya merupakan wilayah Karo boleh dibilang sejak lama menjadi model bagi Dairi dalam hal pertanian. Sejak bersentuhan dengan teknologi pertanian di masa Hindia Belanda Karo telah menjadi sentra agribisnis utama di Sumatera bahkan di Indonesia. (sumber : Flores Tanjung dkk, Dairi dalam Kilatan Sejarah)


Data Umum
Kecamatan Tigalingga terdiri dari 13 Desa dan 1 Kelurahan, yaitu Lau Sireme, Lau Mel, Lau Bagot, Sukandebi, Lau Molgap, Lau Pakpak, Palding, Bertungen Julu, Palding Jaya Sumbul, Sarintonu, Juma Gerat, Ujung Teran dan Sumbul Tengah serta Tigalingga. Kecamatan Tigalingga merupakan Kecamatan Induk dari Kecamatan Gunung Sitember yang dulunya merupakan satu Kecamatan.

Penghasil bumi musiman yang terkenal adalah buah durian, duku, langsat, jeruk, advokat, pisang dan lainnya. Bertani adalah mata pencaharian utama penduduk Kecamatan Tigalingga dan sebagian ada juga yang berwiraswasta. Hari Kamis merupakan hari khusus bagi masyarakat Kecamatan Tigalingga untuk membeli dan menjual hasil taninya yang dibawa dari kebun dan ladang ke lokasi Pekan Tigalingga.



Berwisata Di Tigalingga


Bunga Bangkai
Tidak ada yang tahu mengapa ini tumbuhnya bunga ini di kecamatan ini. Awalnya tidak ada satu orangpun menyangka bunga ini bisa tumbuh di sini. bunga ini sudah tumbuh dua kali pada akhir tahun 2009 dan akhir tahun 2010 di tempat yang sama. Masyarakat Tigalingga masih menantikan apakah pada akhir tahun ini bunga Bangkai ini akan tumbuh kembali seperti dua tahun terakhir ini. Bunga ini tumbuh di desa Lau Sireme dan Lau Pak-Pak.Banyak orang yang datang ke tempat ini untuk menyaksikan sendiri akan kebenaran bunga ini. Sayangnya masih ada masyarakat yang bertangan jail. kejailan mereka mengakibatkan kerusakan akan bunga ini, ada orang-orang yang merusak kelopak-kelopak bunga tersebut.



Lau Sireme

 



Lau Pak-Pak

Tank Peninggalan Penjajah Belanda Di Kawasan Tiga Lingga
Lokasi objek wisata Tank Peninggalan Penjajahan Belanda, termasuk desa Tiga Lingga Kecamatan Tiga Lingga, merupakan lokasi yang baik untuk menghayati nilai perjuangan masyarakat Dairi mengusir penjajah Belanda.



Gua Kendet Dan Patung Bersejarah Di Kawasan Tiga Lingga

Gua kendet liang memiliki patung batu bersejarah dapat menjadi daya pikat wisatawan bila mampu diidentifikasi dengan kaidah-kaidah keilmuan kepurbakalaan. Bahkan pada akhirnya dapat menjadi maskot wisata bagai kawasan ekowisata Tanah Pinem.

Air Terjun Lae Belulus Di Kawasan Tiga Lingga

Lokasi objek ekowisata Air Terjun Lae Belulus, termasuk wilayah Desa Juma Gerat, Kecamatan Tiga Lingga, dengan jarak 54 km dari Sidikalang. Keunikan utama adalah fauna berupa ikan emas, nila dan lele. Ikutan keunikan yang dapat dinikmati oleh wisatawan adalah tanaman tembakau dan vanili. Dapat dicapai dengan kenderaan roda empat minibus. Belum tersedia fasilitas pendukung untuk parawisata, seperti ketidak ketersediaan restaurant dan penginapan serta lainnya.



Jejak Tapak Kaki Raksasa Di Simuhur Tiga Lingga

Objek wisata Simuhur, memiliki daya tarik wisata berupa jejak tapak kaki manusia raksasa yang diyakini pernah tinggal dan hidup diwilayah ini. Objek ini akan menjadi sangat menarik jika dilakukan penelitian sejarah perihal jejak tapak kaki raksasa tersebut.



Gua Lau Iput Di Kawasan Tiga Lingga

Lokasi objek ekowisata Gua Lau Ipuh, termasuk wilayah Desa Lau Ipuh, Kecamatan Tiga Lingga, dengan jarak 51 km dari Sidikalang. Keunikan utama adalah fauna berupa burung layang-layang/ walet. Ikutan keunikan yang dapat dinikmati sekaligus dapat menjdai

menakutkan bagi wisatawan adalah ular kobra yang berekosistem di wilayah ini. Faktor yang dapat menjadi penghambat pengembangan objek ini adalah sarana perhubungan. Jalan memang cukup baik tetapi jaraknya cukup jauh. Disamping jalan menuju gua masih alami, fasilitas pendukung wiasatapun terasa sangat minim. Dapat dikembangkan menjadi objek penelitian fauna seperti ular dan burung.



Pekan Tigalingga


Turnamen Sepak Bola


Pentas seni dan perlombaan anak sekolah



Keramaian Memperingati 17 Agustus




Durian Tigalingga



Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Tigalingga,_Dairi

http://www.indonesiamedia.com/2011/05/24/bunga-bangkai-tumbuh-di-tigalingga-kabupaten-dairi-sumatra-utara/

Group Anak Tigalingga 
Facebook Anak Tigalingga



No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

  © Blogger templates Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP