Frima Nainggolan Web Blog. Powered by Blogger.

Wednesday, 30 October 2013

Alasan, Mengapa Aku Harus Mendukung Richard Pandapotan Sidabutar, SE.


Satu Hati Bahu Membahu Tulus (SAHABAT) Richard Pandapotan Sidabutar, SE

‘Siapa yang bekerja dengan tulus,maka Tuhan akan melihat dari atas,’ demikian pesan yang paling dikenang oleh Richard Sidabutar dalam setiap langkahnya. Kalimat sederhana dan menyentuh itu merupakan pesan ayahnya H. Sidabutar (almarhum)dan pesan itu pula yang menjadi pedoman dalam hidupnya, bahwa ketulusan dan kejujuran dalam setiap tindakan dan perilaku adalah keharusan. Siapa yangmenanam kebaikan, maka akan menuai kebaikan pula dan siapa yang berbuat dengan ketulusan, pasti akan dilihat.
          Richard Sidabutar merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Sidabutar(almarhum) dan E. br Sitorus. Ia dilahirkan di Pematang Siantar, 22 mei 1976dengan nama lengkap Richard Pandapotan Sidabutar. Pria yang lebih dikenaldengan sebutan Richard ini mengawali pendidikannya di SD Negeri 125536 PematangSiantar, lalu melanjutkan pendidikannya pada SMP Negeri 3 Pematang Siantar, SMA Negeri 3 Pematang Siantar, danmenyelesaikan pendidikan serta meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) dariUniversitas Katolik St. Thomas Medan pada Desember, 2000.
          Richarddilahirkan dari garis keluarga yang gemar membaca, sejak kecil ia sudah membacabanyak buku, mulai dari sejarah, ekonomi, hingga biografi tokoh-tokoh besarnasional dan internasional. Ia sering menghabiskan waktu di ruang perpustakaanpribadi milik ayahnya dan kebiasaan membaca ini terus berlanjut hingga kini.Richard memahami bahwa dengan banyak membaca, maka pengetahuan semakin luas danini akan berguna dalam melihat setiap persoalan yang terjadi dimasyarakat,serta menemukan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dimasyarakat. Richard Sidabutar juga dibesarkan dalam lingkungan keluarga yangsederhana dan terbiasa bekerja keras sejak kecil. Ayahnya H. Sidabutar(almarhum) pada masa hidupnya merupakan Sekretaris Dewan Perwakilan RakyatDaerah (DPRD) Kabupaten Simalungun pada masa Bupati B.F Silalahi dan saatBupati J.P Silitonga, hal ini membuat Richard tumbuh dilingkungan yang terbukaterhadap pengetahuan dan disiplin.
          Setelah menyelesaikanpendidikannya di SMA Negeri 3 Pematang Siantar pada tahun 1994, Richardmelanjutkan pendidikannnya di Universitas Katolik St. Thomas Medan. Di kampusberbasiskan nilai-nilai Katolik ini, Richard semakin memahami nilai-nilaikehidupan dan berbuat bagi masyarakat. Bahwa masyarakat harus memahami akan hak-haknya sebagai warga negara, bahwa masyarakat harus dilayani oleh negara,bahwa di negara yang maju, masyarakat haruslah berkehidupan sejahtera.Begitupundinamika atau perkembangan politik saat itu membuat Richard semakin beraniuntuk menyuarakan hak-hak masyarakat. Pada periode 1994-1998 merupakan periodeyang penting bagi Indonesia saat itu. Pada periode ini pemerintahan Soehartomulai goyang, disebabkan banyak faktor yang selama ini tidak diketahui masyarakat. Korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) pada masa itu menjadi hal yangharus dilawan.
          Pada masa menjelang jatuhnyapemerintahan Soeharto oleh perlawanan mahasiswa, Richard terlibat aktif dalamberbagai aksi demostrasi melawan pemerintah yang saat itu menyimpan banyakmasalah. Bersama seluruh mahasiswa se-Indonesia di berbagai kota: Jakarta,Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, dan kota lainnya, Richard melakukanperlawanan. Di Medan, Richard bersama seluruh mahasiswa dari berbagai kampuspun melakukan perlawanan, mereka turun ke jalan, menyuarakan perubahan yanglebih baik.
          Richard berperan aktif dalammenggalang kekuatan mahasiswa Medan saat itu untuk melawan pemerintahan yangkorup. Ia terlibat dari satu diskusi dan diskusi lainnya dengansembunyi-sembunyi, sebab jika ketahuan, mereka akan diculik atau diciduk olehaparat. Terkadang mereka harus diskusi di rumah warga, dalam kampus, bahkan dirumah sakit, atau lainnya untuk mengelabui aparat. Terlebih saat itu banyakaktivis-aktivis mahasiswa yang ditangkap aparat, sebab pada masa Soeharto kitatidak boleh sembarangan mengkritik atau mengkritisi kebijakan pemerintahan,jika berani menyuarakan hal-hal kebenaran pada masa itu, maka ditangkap menjaditaruhannya. Namun, Richard tetap berani melawan, ia terus melawan, dan tetapturun ke jalan dan menggalang kekuatan masyarakat untuk menjatuhkanpemerintahan Soerahato pada masa itu.
          Richard yang saat masa itu merupakan Koordinator Humas Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomidan Koordinator Kelompok Studi/Diskusi Demokrasi (KSMD) Unika St. Thomas Medan,dan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Mahasiswa KatholikRepublik Indonesia (PMKRI) Cabang Medan mengenang: ‘Dahulu pada masa hampirjatuhnya pemerintahan Soeharto yang korup, kita sering melakukan aksidemonstrasi dan juga mengajarkan masyarakat akan hak-haknya, dan pada masa itupula setiap kali kita melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, maka masyarakatakan menaburkan beras setiap kita melewati halaman toko atau rumahnya, merekaakan berkata, “horas, selamat berjuang adik-adik mahasiswa,” dan masyarakat juga akan sibuk memasak nasi, memberikan Aqua untuk bekal kita dijalan saa tdemo menuju kantor Gubernur, bahkan masyarakat juga akan ‘menyembunyikan’ kitasaat bentrok dengan aparat agar tidak ditangkap, pengalaman itu sangatmenggugah dan mengingatkan saya untuk terus berjuang dan berpihak padamasyarakat. Itu membuat saya terharu,” demikian ujar Richard Sidabutarmengenang masa itu.
          Pada tahun 2000, ia menyelesaikan kuliahnya dan bergelar Sarjana Ekonomi (S.E)dibelakang namanya. Setelah menyelesaikan studinya, ia pun tak lantasmengehentikan aktivitasnya di dunia gerakan, baginya ia tak akan berhenti hinggamasyarakat mendapatkan hak-haknya, yakni masyarakat yang sejahtera, adil, danmakmur. Selesai kuliah ia masih aktif dalam organisasi yang mendampingi petanidalam mendapatkan hak-hak masyarakat petani. Pada masa 2003-2005 ia menjabatsebagai Sekretaris Jenderal Aliansi Gerakan Rakyat Sumatera Utara (AGRESU) yangmemberi perhatian pada kasus-kasus petani yang tanahnya di rampas oleh negaradan perusahaan swasta. Selama menjabat sebagai Sekjen AGRESU, ia bersama denganpengurus lainnya terus mendampingi petani, menjelaskan hak-hak mereka, danmencerdaskan petani agar mereka paham akan hak mereka sebagai petani. Selainitu ia juga mendampingi petani dalam kasus-kasus tanah masyarakat yangdiserobot oleh pemerintah pada masa orde baru.
          Selainitu, sampai saat ini Richard juga tercatat sebagai pengurus Ikatan AlumniUniversitas Katolik St. Thomas Medan (IKA UNIKA MEDAN). Ia juga tercatatsebagai anggota Badan Pengurus Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Azasi ManusiaIndonesia (PBHI) cabang Sumatera Utara yang khusus memberikan bantuan hukumbagi masyarakat kecil yang tidak mampu atau masyarakat yang hak-haknya dalamhukum diabaikan. Ia juga banyak mendampingi kasus-kasus hukum yang menimpamasyarakat kecil. Masyarakat kecil yang umumnya tidak paham hukum, sehinggamasyarakat kecil mudah menjadi bagian yang tersalahkan atau disalahkandihadapan hukum.
          Richardjuga tercatat sebagai salah satu Pendiri dan Anggota Perhimpunan NasionalAktivis (PENA) 1998 yang merupakan wadah berkumpulnya para aktivis mahasiswa yangmelihat arah reformasi sudah melenceng dari nilai dan niat yang diharapkan.Untuk itu ia berperan dalam mengingatkan para aktivis, bahwa nilai-nilaireformasi harus dikembalikan pada jalurnya, sehingga tercipta masyarakat yangberkehidupan yang layak, sejahtera, berpendidikan, berkesehatan yang baik, danadil dihadapan hukum. Selain itu, Richard juga pernah bekerja sebagaiJurnalis/Reporter Suratkabar Harian Medan Bisnis, 2005–2006 dan KontributorSuratkabar Nasional Bisnis Indonesia, 2009–2010, serta Koordinator Lapangan Justice, Peace and Integrityof Creation (JPIC) Ordo Kapusin Medan, 2006–2009.
          Atas dasar beragam pengalaman yang dilaluinya tersebut, maka Richard PandapotanSidabutar, S.E yang lahir dan besar di Pematang Siantar berniat mencalonkan dirisebagai anggota legislatif pada DPRD Tk. I Propinsi Sumatera Utara dengan visi:Membangun Siantar-Simalungun menjadi Kota dan Kabupaten yang lebih baik danberpihak bagi kesejahteraan seluruh warganya. Saatnya warga Siantar-Simalungunyang harus membangun kesejahteraan warganya, sebab Kalo Bukan Kita Siapa Lagidan Kalo Bukan Sekarang, Kapan Lagi..?


Catatan Franky Tarigan

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

  © Blogger templates Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP